Industri Bordir di Tasikmalaya pertama kali muncul pada tahun 1925 di Desa Tanjung, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya. Perintisnya adalah seorang wanita bernama Hj. Umayah, yang pernah bekerja di perusahaan luar negeri. Setelah mempelajari bidang bordir saat bekerja di luar negeri, ia memutuskan keluar dan kembali ke kampung hal-amannya dan membuka usaha bordir. Ia juga membagikan ilmu tentang bordir yang ia miliki kepada tetangga dan keluarganya.
Pada masa lampau, peralatan yang digunakan untuk membordir adalah pamidangan dan mesin jahit tradisional. Mesin jahit yang digunakan merupakan mesin jahit manual yang digerakkan dengan bantuan kaki. Seiring perkembangan teknologi yang semakin canggih, sekarang para perajin bordir sudah banyak yang menggunakan mesin bordir yang menggunakan teknologi komputer sehingga memudahkan proses produksi.
Bordir merupakan produk unggulan dari Kota Tasikmalaya. Kain bordir Tasikmalaya adalah serapan dari kebudayaan Cina. Namun, berkat kreativitas dan inovasi para pe-rajin, maka kerajinan bordir diubah menjadi bermacam-macam bentuk dan variasi sep-erti baju koko, kopiah, jilbab, mukena, dan lain-lain.
Daerah yang paling dikenal sebagai sentra industri bordir adalah Kecamatan Kawalu. Sepanjang jalan Air Tanjung-Kawalu hampir semua penduduk bermata pencaharian sebagai perajin bordir. Industri bordir di sentra bordir Kawalu terdapat di Kelurahan Tanjung (Air Tanjung), Karsamenak (Kampung Ngamplang, Kampung Saguling Baba-kan), Cibeuti, Cilamajang (Saguling Panjang), Talagasari, Gunung Tandala, Karang Anyar dan Karikil.
Bordir Tasikmalaya terus berkembang hingga pemasarannya sampai ke berbagai wila-yah di Indonesia bahkan juga telah menembus pasar Internasional. Di antaranya di ek-spor ke Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Saudi Arabia, Negara-negara Timur Tengah, Mesir, dan Afrika.