Lintang: 5.6341970
Bujur: 95.4714350
Benteng indrapatara merupakan salah satu benteng yang berada di pesisir utara Aceh. Selain Benteng Indrapatra di sepanjang pesisir pantai utara terdapat beberapa benteng lain antara lain; Benteng Iskandar Muda, Benteng Kuta Lubok, Benteng Inong Balee. Dilihat dari seni bangunan dan arsitekturnya menujnjukkan perbedaan yang signifikan dengan benteng-benteng disekitarnya. Berdasarkan pada bentuk bangunan yang nampak, Benteng Indrapatra telah mengalami beberapa tahap periodisasi dalam bentuk dan fungsinya. Adanya pendapat bahwa benteng ini merupakan warisan tradisi masa Hindu tidak dapat kita kesampingkan begitu saja. Ini dapat dilihat dari beebrapa kenampakan bagunan yang masih tersisa yang menunjukkan adanya pengaruh dari tradisi Arsitektur masa sebelum Islam dalam hal ini masa Hindu. Apabila berpijak pada konsepsi pemikiran oleh beberapa sumber yang menyatakan bahwa keberadaan Benteng Indrapatra jauh sebelum masuknya Islam dan difungsikan menurut kebutuhan paad masanya. Pada awal keberadaanya atau kedatangan agama Hindu, benteng tersebut kemungkinan difung sikan sebagai tempat ibadah atau kegiatan ritual keagamaan. Selain tiu juga merupakan tempat hunian para keluarga raja dan pembesar istana. Setelah masuknya Islam, terjadi perubahan fungsi yang cukup drastis, yaitu menjadi sebuah benteng pertahanan. Hal ini ditunjukan dengan adanyakomponen bangunan seperti tapal kuda yang biasanya berfungsi sebagai tempat meletakkan moncong meriam. Selain itu benteng ini juga dikelilingi oleh parit yang berfungsi sebagai sarana pertahan, yaitu sebagai penghambat gerakan musuh yang akan mencapai benteng. Keberadaan parit keliling benteng ini banyak dijumpai pada benteng-benteng keraton di Pulau Jawa. Di keraton-keraton Jawa parit keliling ini disebut jagang, dan biasanya di tempatkan buaya di dalamnya. Dalam buku ‘ Tarech Aceh dan Nusantara” disebutkan bahwa di Aceh Besar terdapat sebuah benteng yang bernama Indrapatra. Menurut buku tersebut, bangunan benteng itu bukan merupakan candi atau masjid, tetapi tempat menyimpan alat-alat senjata perang seperti bedil, mesin pelor, meriam dan lain-lain. Ada kemungkinan bahwa pada waktu itu Sultan Iskandar Muda merebut benteng tersebut setelah sebelumnya sempat dipakai oleh Portugis (Zainuddin, 1961:43).